Senin, 03 Oktober 2016

Jiwa muda?


Ada yang bilang..

Jika menjadi orang tua di usia cukup muda cenderung akan mendidik anak-anaknya untuk berani mencoba hal-hal baru serta belajar mempertanggungjawabkanya..
Sedangkan menjadi orang tua di usia cukup tua cenderung akan mendidik anak-anaknya berdasarkan norma, etika, dan bercermin dari pengalaman-pengalaman hidup orang tua tersebut..


Namun, sempat terpikir dalam benakku..
Analogi tersebut pun bisa berlaku dalam konteks yang lain..


Contohnya, akhir-akhir ini saya menyadari..
Ada perbedaan pola pikir saat saya SMA kls X dengan SMA kls XII..
Pengalaman yang saya alami dalam kurun waktu 3 tahun itupun tanpa sadar cukup mempengaruhi pemikiran saya..
Hal ini sangat terasa saat saya 'mulai ikut campur' dalam mencari solusi permasalahan organisasi..

Dulu..
Saat kls X, berbagai ide-ide pemikiran, saran, pendapat, berkecamuk silih berganti dalam kepala saya..
Memang, secara garis besar, pendapat-pendapat itu muncul begitu saja..
spontan..
tanpa berpikir panjang..
tanpa tahu dengan jelas seperti apa medan yang di hadapi..

Sedangkan dengan bertambahnya pengalaman..
Tanpa sadar, d saat adek kls saya (read: adek kls X dan XI) berada dalam posisi yang sama dengan saya dulu, sebagai kakak kls (read: kakak kls XII), saya pun mulai sharing-sharing dengan mereka..
Pada awalnya, hanya cerita-cerita biasa..
Dan makin lama, saran-saran yang didasari oleh pengalaman-pengalaman saya itupun saya sampaikan secara tidak sadar..

Apakah ini tanda bahwa saya sudah semakin tua (read:dewasa)?

Ingin rasanya saya kembali kemasa-masa muda itu lagi..
Walau saat itu pola pikir saya belum panjang...

Setidaknya saya tahu..
Saya termotivasi untuk terus belajar..
Mencoba tanpa banyak keraguan..
Berani bermimpi, seperti apa dunia 'ideal' yang saya inginkan..


Dan kini..
Sebagai siswa yang baru lagi (read:mahasiswa baru)
Saya ingin mencoba lagi..
Mencoba untuk membaca lingkungan sekitar..
Mencoba lebih banyak mendengarkan..
Mencoba dan berusaha untuk menjadi 'jiwa muda', lagi (?)


Kamis, 22 September 2016

Alasanku dibalik kata Kakak, Adek, Ukhty

Senin, 22 Agustus 2016

Retorika katak pemilik toga





Di negeri para katak, terdapat beberapa perguruan yang menyilaukan mata.
Para bangsawan, priyayi bahkan golongan paria sekalipun berlomba-lomba untuk masuk, berharap kelak menjadi ksatria para katak.

Walaupun nanti..
Pada akhir masa mereka tersebut, hanya tongkat ukiran, selembar daun teratai yang indah maupun jika bernasib baik, tambahan sekeping emas bisa mereka dapatkan.
Berharap itu semua bisa membantu disaat harus kembali ke alam rimba yang sesungguhnya.
Alam yang selama ini hanya mereka terka-terka wujudnya.

Berlari, melompat, merayap, bahkan terbang sekalipun sudah mereka lakukan sejak terbit.
Jika perlu menggunakan pegas per di saat melompat, sepatu roda saat berlari, ataupun sayap saat terbang, mereka kenakan demi sampai tujuan.
Satu, dua, tiga tahun ataupun abad, mereka tetap coba, selama tuhan masih memberikan nikmat umur panjang.

Para tetua katakpun tidak luput dari euforia tersebut.
Berbagai jurus pamungkas pun diajarkan, sudah tak terhitung banyaknya sesembahan yang diberikan, kesabaran dan anganpun di panjatkan.

Namun kini di masa akhir penghujung, beberapa katak menginginkan sesuatu yang lebih, berada di dunia peri.
Dunia yang indah, aman, nyaman untuk seekor binatang mungil seperti mereka.

Gayungpun bersambut, berbagai penawaran menarik di hadiahkan oleh dunia yang jauh itu.
Penawaran yang menggelitik hati dan nalar tepatnya.
Para katak di beri kesempatan singgah membangun impian di dunia peri yang penuh keajaiban..
Kecuali satu hal yang ia tidak dapatkan yakni kebebasan, kebebasan untuk mengubah dunianya, dunia katak.


Suatu senja, di tepi ketenangan riak, seekor katak kecil menampakan dirinya.
Baginya butiran air telaga bagaikan cermin ajaib ibu tiri putri salju.
Tampaklah dirinya..
Katak yang tidak mampu melompat tinggi dan sering terjatuh setiap melangkah..
Katak kecil jelita yang belum mampu menjadi perenang handal dan penyanyi yang memukau..

Deretan anggapan berkecamuk dalam pikirannya.
Jika dikala ia menjejakkan kaki di hari penghujung perguruan prestisius itu..
Kiranya jalan apa yang ia pilih?

Apakah ia akan menjadi malaikat di dunia peri?
atau menjadi dewa di dunianya, dunia katak?

confused or not believed?

Bingung..
Merupakan hal yang 'mungkin' pernah di alami oleh semua orang..
Bingung saat mengerjakan soal, bingung saat mencari solusi, dll..

Tetapi pernahkah kamu merasa berada di tempat yang salah?
Di saat yakin..
Di sanalah seharusnya tempat saya berada..
Di sana adalah tempat terbaik dan saya pantas untuk berada di tempat itu..

Tempat yang akan membawa saya pada lembaran hidup yang lebih baik..
Tempat yang membuat saya mungkin tidak akan mengalami semua ini..

Namun saat ini, di sini..
Tempat saya berdiri saat ini..
Entah mengapa seperti berbeda 180 derajat..

Planning yang selama ini sudah saya buat seolah runtuh..
Berbagai masalah mulai timbul sedemikian rupa..
Merasa sendiri dengan situasi..

Perlukah saya beradaptasi dengan lingkungan ini serta mencoba ikhlas?
Atau berusaha berbaur dan tetap mencoba untuk berada di tempat yang terbaik itu?
# I hope find the answer apace..

Renungan?

Seperti yang kita tahu..
Rezeki, jodoh, kematian adalah rahasia illahi..
Tersingkap rapat tanpa celah, hingga suatu saat nanti Allah akan ungkapkan di saat yang ia kehendaki..

Namun di balik itu semua saya sadar, kita juga harus berusaha menjemput itu semua..
Bagaimanapun sikap 'Just waiting not real action', hanya akan membuat harapan-harapan kita tertunda bukan?

Ya, walaupun Allah punya kuasa 'kun fayakun' maaka jadilah, tetapi tekad, niat, usaha adalah hal-hal yang di perhitungkan..

Dan sekarang mampukah saya untuk mencoba melakukan yang terbaik serta tetap yakin akan takdir Allah?
Ya setidaknya dimulai dalam kurun waktu setahun kedepan to do the best action, and keep believe Allah..
Although honest, I think difficult and little not sure in my heart..


- Tuesday, 22 August 2016 -

Sabtu, 13 Agustus 2016

Mimpi Kecilku :)


Masih ingatkah kamu mengenai apa saja cita-citamu di kala kecil?
Satu, dua, puluhan, atau bahkan jutaan sebanyak taburan bintang di langit?

Ku teringat di saat kecil..

Saat melihat para dokter sedang mengobati para pasien dengan polosnya ku berkata..
''Aku ingin menjadi dokter.''
Bagitu pula saat seorang guru sedang mengajar anak seusiaku, akupun berkata..
''Aku ingin menjadi guru.''

Lucu memang..
Karna setiap diriku melihat orang-orang yang ku anggap sudah dewasa sedang melakukan pekerjaannya, aku ingin seperti mereka di saat diriku sudah besar nanti..

Ya memang tidak ada salahnya, selama pekerjaan itu baik dan membawa manfaat bagi orang lain, why not?
Dan apakah kamu mengalami hal yang sama denganku juga?

Namun kini, semakin bertambah usiaku, terbesit pikiran..
Apakah mungkin jika semua impian-impian kecilku itu menjadi kenyataan di saat diriku sudah besar nanti?

Aku ingin... 

Di saat orang lain sakit, diriku ada untuk merawat mereka selayaknya seorang dokter yang dengan tulus merawat pasien-pasiennya..

Di saat mereka lapar, ku ingin diriku siap sedia untuk menghidangkan aneka makanan lezat selayaknya chef dan koki handal..

Di saat mereka lelah, ingin rasanya bahuku ini siap sedia untuk meringankan beban yang mereka rasakan selayaknya seorang sahabat dan saudara seperjuangan..

Di saat mereka haus akan ilmu, hebat rasanya jika diriku ini bisa berubah menjadi sesosok guru yang ilmu melangit namun perangainya tetap membumi..



#mencari_rencana_terbaik_allah

Sabtu, 11 Juni 2016

Pray for Today



Ya Allah sampaikan salam shalawat kepada Muhammad dan keluarganya

bimbinglah aku untuk
melawan orang yang mengkhianatiku dengan kesetiaan
membalas orang yang mengabaikanku dengan kebajikan
memberi orang yang bakhil kepadaku dengan pengorbanan
menyambut orang yang memusuhiku dengan kasih sayang
menentang orang yang menggunjingku dengan pujian
berterima kasih atas kebaikan dan menutup mata dari keburukan
ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya

hiasilah kepribadianku dengan hiasan para shalihin
berilah aku busana kaum muttaqin

dengan menyebarkan keadilan, menahan kemarahan, meredam kebencian,
mempersatukan yang berpecah, mendamaikan pertengkaran,
menyiarkan kebaikan, menyembunyikan kejelekan,
memelihara kelembutan, memiliki kerendahan hati,
berperilaku yang baik, memegang teguh pendirian,
menyenangkan dalam pergaulan, bersegera melakukan kebaikan,
meninggalkan kecaman, memberi walau kepada yang tidak berhak,

berbicara yang benar walau berat,
menganggap sedikit kebaikan sendiri,
walau terasa banyak dalam ucapan dan perbuatan,
dan menganggap banyak keburukan pribadi,
walau sedikit dalam kata-kata dan tingkah laku.


Butiran doa Ali Zainal Abidin ibn Husain dalam As Sajjadiyah
- dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A. Fillah - 


 

I am still learning Template by Ipietoon Cute Blog Design